Imaginary Love Letter

aku masih inget saat pertama kali bertemu sama kamu di bandara soekarno hatta. di terminal kedatangan. aku lagi njemput teman. sepertinya kamu juga begitu. kita berdiri sebelahan, melihat jadwal kedatangan yang ada di layar monitor. lalu untuk sesaat mata kita bertemu.that's it. kita pergi berlawanan arah menuju urusan kita masing-masing.

aku gak terlalu percaya sama yang namanya takdir. eh tapi hari itu, persis seminggu setelah kita ketemu di bandara, rasanya berbeda. aku memutuskan untuk berangkat ke kantor dengan mobil. padahal biasanya aku berangkat naik motor, karena gak tahan sama macet.
tapi ... ya itu hari itu aku naik mobil. lagi ngadepin macet di mampang, aku lagi buka jendela dan merokok ... tanpa sadar aku nengok ke kanan and there you are. sta
ring at me. aku s
enyum. kamu juga senyum. senyum 2 orang jakarta yang lagi kejebak macet di mampang.
absurd? pastinya lah ya. pagi-pagi koq senyum sama orang asing. kenal juga enggak, boro-boro tau nama kamu. tapi, senyum kamu itu lho. senyum kamu ngomong kalo kamu inget sama aku.

detik itu cepet lewatnya. kita udah kembali jadi manusia jakarta yang judes dan sinis ngadepin macetnya jakarta.

aku tiba di kantor. njalanin hari kayak biasa. ngecek email. mbales email. nulis laporan yang gak jelas apa ya
ng mau dilaporin. kerjaan jadinya cukup menyita waktu, jadi pikiranku otomatis teralihkan dari serendipitous moment pagi tadi.

pas jam setengah dua siang, aku turun ke bawah. saatnya makan. udah laper banget. untungnya udah lewat jam satu, jadinya sepi food court kantor. aku duduk setelah membeli makanan. saat aku mulai ma
kan, kamu berdiri di depanku dan meminta ijin untuk duduk bersamaku. aku menjadi bodoh dan tolol. aku hanya senyum dan mengiyakan ajakanmu. kamu duduk di depanku dan m
ulai makan. aku inget banget. saat itu adalah makan siang terlama dalam hidupku. kita berdua cuman makan, liat-liatan, makan, liat-liat
an, diselingin mi
num. sampe akhirnya makan siang habis, aku pun permisi mau balik lagi ke kantor. saat aku berbalik, kamu meraih tanganku dan nanya jam berapa aku pulang. seperti yang aku bilang tadi, hari itu aku merasa berbeda. biasanya saat aku ditanya seperti itu oleh orang yang ndak aku kenal, aku akan balik nanya dengan judes, "kenapa emangnya?". tapi, hari itu, aku dengan santai menjawab, "jam 6. sekitar jam 6.".

kamu hanya menjawab, "okay."

lucunya, saat jam 6 sore, aku lagi-lagi melakukan hal di luar kebiasaan. instead of langsung turun ke basement parking, aku turun di lobby. sekalian mau ke atm sih memang. tapi, there you are! berdiri depan lobby deket atm yang mau aku rampok. :-)

kamu ngenalin diri kamu dengan dalih setelah beberapa kali ketemu dengan aku, kita gak pernah tau nama kita masing-masing. akhirnya untuk pertama kalinya, sore itu, aku tau nama kamu.

dan semenjak saat itu, aku sadar kalo hidupku baru aja dimulai.

ini bukan surat cinta. mendekati pun tidak. surat ini adalah satu dari banyaknya fragmen kehidupan yang bakal dimulai bersama kamu.

saat aku tau nama kamu, saat itu juga aku tau kalo kamu tuh potongan puzzle yang hilang, yang selama ini aku cari-cari. bullshit? mungkin juga. tapi then again, hidup itu emang penuh misteri kan?