Blank Filler


Pertama kali denger kata ini adalah dari si Eng. Rada susah juga untuk mengartikan kata ini. Kurang lebih artinya, a blank filler adalah orang yang ada untuk merubah status single jadi gak single lagi and that’s just about it. Blank filler adalah ban cadangan yang bisa dipake sewaktu-waktu kalo sang pacar lagi gak ada kesibukan. Orang yang bisa dibilangin kangen, orang yang bisa dibilangin ‘aku cinta kamu’, orang yang bisa jadi tempat untuk ngekspresiin perasaan-perasaan itu semua deh.

Gue jujur gak pernah suka jadi spare-tire. Siapa sih yang suka?

Dulu ada temen gue yang ninggalin (bener-bener literally ninggalin!) gue dan temen-temen gue karena dia pacaran ama seorang cewek. Dari awal kita udah mention kalo ‘She’s not worth to fight for!’. Tapi, dia tetep milih untuk jalan ama cewek ini. Akhirnya…bye-bye.

Ya sudahlah, kita juga gak bisa apa-apa dunk. He’s an adult anyway and it is his life. Tapi, kemudian hubungan mereka berakhir dengan akhir yang tidak terlalu menyenangkan. And guess what? He was back looking for us again, to hangout again with us.

Sebel, pasti ada. Ya iya lah, setelah sekian waktu dia bener-bener ninggalin kita karena seorang wanita…sekarang dia malah balik ke gue dan temen-temen gue karena dia udah putus? Waduh, kita bukan ban cadangan yang bisa dipake sewaktu-waktu saat dibutuhkan aja. Tapi, gue gak pernah bisa untuk nolak niat baik seseorang untuk kembali berteman.
Begitu juga urusannya dengan pacaran.
Gue gak pernah mau dijadiin pacar untuk mengisi waktu luang.
Gue gak pernah mau dijadiin pacar cuman untuk ngisi status.
Gue ogah jadi pacar orang yang cuman get in to my pants doank.
Gue ogah jadi pacar yang cuman dipake untuk bilang ‘sayang’ dan ‘cinta’.

Mungkin buat beberapa orang menyandang status single kayaknya aib. Sehingga mereka butuh seorang blank filler.

Sementara, Sof, seorang temen baik gue juga. Punya masalah ama yang namanya nemuin Mr.Right. When she finally found this perhaps Mr.Right, she got cold feet. Emang sih, beda agama jadi faktor utama. Si Mr.Right willing to find a way-out upon that matter, tapi Sof gak mau melewati itu semua. Dia gak mau harus membuang waktu untuk menjalani hubungan yang gak ada kepastiannya.

Waktu dia cerita itu semua ke gue…rasanya gue pengen nangis. Sementara gue craving untuk orang yang mau memberikan segalanya untuk gue (in a good way ya), Sof already found that person. Mungkin memang belum tentu berakhir dengan bahagia, tapi setidaknya mereka udah mencoba.

Mungkin apa yang gue pengen terlalu utopis. (kadang) Gue pengen punya pacar yang ngasi gue kado di hari ulang taun gue. (kadang) Gue pengen punya pacar yang ngasi gue kado natal. (kadang) Gue pengen pacar yang bisa selalu spend more time with me. (kadang) Gue pengen punya pacar yang ngerti arti dari sebuah hubungan US/WE/OUR!!!

Gak ada gunanya untuk hidup bersama seseorang yang gak willing dan belum sadar untuk memberi tempat tersendiri dalam hubungan itu. The thing is waktu kita memilih untuk hidup bersama dengan seseorang, spending the rest of your life with this particular someone, kita juga harus siap memberikan segalanya pada pasangan kita. Tapi, berapa manusia yang sadar itu sih? Yang ada juga pemikiran seperti ini bakal di-repress ama pasangan kita…

I rest my case.

No comments: