Pikiran WC di Pagi Buta


*sigh*

Gak bisa tidur gara-gara punggung sakit merana durjana. Fesbuk udah dikelilingin sampe bosen. Twitter udah dibukain setiap trending topic yang ada. Jadi harus ngapain lagi sebelum matahari akhirnya terbit dan menyuruhku untuk berangkat ke kantor?

Blogging? Hmm..udah lama gak blogging.
Lebih karena emang gue lagi ga ada topik buat diobrolin sih.
Hidup gue lagi flat. I mean flat adalah....bener-bener flat. Gak ada hiruk pikuk. Sebenernya gak papa sih emang. Gue justru lebih seneng kayak gini. Gue lagi gak pengen diganggu dengan kejadian-kejadian gak penting. Kerjaan. Omelan. Curhatan. Sampe urusan drama-drama kehidupan yang gak beda ama sinetron-sinetron di tv.

Gw lagi pengen tenang. Gw lagi pengen menjalani hidup dengan yang pasti-pasti aja. Tanpa harus mbaca pikiran orang, tanpa harus memahami orang dengan hati.

*sigh*

Mungkin gue sekarang ini justru malah lebih banyak mengeluh. Mungkin lho ya.
Atau mungkin karena gue sebenernya lagi gak tau apa yang mau gue lakukan dengan hidup gue?


*sigh*

Surat Terbuka Buat Pemda Jakarta

Dear Pengurus Pemerintah Daerah DKI Jakarta,

Gue udah lebih dari XX tahun hidup di kota ini. Kota metropolitan yang notabene merupakan ibukota negara Indonesia. Gue suka banget ama kota ini. Kota ini menyediakan kebutuhan gue dari A - Z deh pokoknya.
Cuman belakangan ini, setahun- dua tahun terakhir...kota ini makin lama, makin gak nyaman untuk ditinggalin. Mulai dari macet yang gak berkesudahan, banjir dimana-mana sampe transportasi umum yang nyaman hanya berjalan seumur jagung.

Sebagai warga yang baik, pengen deh gue ngasih ide untuk persoalan-persoalan yang mengganjal di kota ini. Hanya ide inisial yang mungkin terlihat sok tau juga sih....hey tapi at least I've spoken my mind kan? :-)

Berikut ini adalah beberapa dari masalah yang saya rasa pelik di kota tercinta kita ini plus beberapa ide untuk menyelesaikannya.
WHAT : MACET YANG TAK KUNJUNG PADAM
HOW :
1. Berikan batasan usia kendaraan, baik itu motor maupun mobil, yang boleh beroperasi di jalan-jalan Jakarta. Maksimal 10 tahun. Afterwards....jadi besi tua.

WHAT : BANJIR...BANJIR....BANJIR
HOW :
1. Spare budget daerah dan fokus pada pembersihan kali, relokasi pemukiman di bantaran kali dan pembangunan saluran air bawah tanah secara terpadu. Don't do anything else until this program said and done. Tentuin target selesai....1 tahun!
2. Kerahkan seluruh kontraktor, dengan imbalan tambahan untuk para kontraktor itu bahwa selama 3 tahun mereka bebas dari segala pungutan pajak.

WHAT : TRANSPORTASI UMUM!
HOW :
1. Paksa Organda DKI dan operator otobus untuk memberikan gaji tetep untuk semua karyawan otobus beserta tunjangan-tunjangannya.
2. Beri gaji tetap dan tunjangan operasional untuk Polantas. Ditambah bonus untuk setiap tiket tilang yang mereka peroleh dari para pelanggar ketertiban lalu lintas.
3. SIM diberikan hanya kepada mereka yang benar-benar mengerti peraturan tata krama berlalu lintas.

apa lagi ya? itu dulu deh....hihihihihihii

Senyum Indonesia

Hari ini timeline gue di twitter seru!

Ada beberapa kejadian di Jakarta hari ini :
1. Kerusuhan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (katanya sih karena sidang lanjutan penembakan di Blowfish).
2. Q! Film Festival di-demo oleh mahasiswa UI.

Okay.

Konon selama ini kita selalu jualan ke luar negri :
INDONESIA itu RAMAH.
INDONESIA MURAH SENYUM.

Tapi dengan kejadian hari ini di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, dimana orang main bacok orang, bakar-bakar bus, bikin macet jalan sekeliling lokasi....

wah false advertising nih!

Gue sendiri gak tau duduk perkaranya. Tapi terlepas dari apapun itu, harus seperti itukah resultnya? Bunuh-bunuhan? Bakar-bakaran? After that what? Apa yang di dapet?

Untuk orang yang membacok dan membunuh itu...pernah berpikir gak ya nasib orang-orang yang ditinggalkan oleh orang yang dia bunuh?
Obviously NOT!
Karena jika dia bisa berpikir, maka hal itu gak perlu dan gak akan terjadi.

Let's just say bahwa hasil dari pengadilan itu ternyata tidak sesuai harapan? Ada cara-cara yang bisa ditempuh selain melakukan aksi anarki dan barbar macam itu kan?

Then again, gue rasa kita gak bisa melihat dari satu faktor saja. Karena ada beberapa faktor yang pada akhirnya membuat hal seperti ini (terus) terjadi di Indonesia. Faktor pendidikan, ketegasan pemerintah terhadap hukum dan sebagainya.
Tapi, menurut gue, hal yang paling mendasar adalah (mungkin) akhlak manusia Indonesia sendiri sudah semakin gak bener (jika dirasa menggunakan kata 'bobrok' terlalu ofensif).

--- ---- ------ $$$ $$$ $$$ ----- ---- ---

Untuk Q!FF, konon katanya yang demo adalah anak UI. Which surprises me, a lot. Gue pikir dengan mereka kuliah di universitas ternama, mereka diajarkan untuk menerima perbedaan. Perbedaan di sini yah segala jenis perbedaan lho ya. Lintas suku, agama, ras, antar golongan maupun sexual preferences.

Selama ini gue berpikir bahwa kaum akademisi, cieh..ketinggian ah bahasanya...mahasiswa yang berhasil lulus ujian masuk UI itu pinter-pinter dan open-minded.
Kenapa gue berpikir demikian? Yah iya donk...wong tujuan masuk UI (baca : universitas atau institusi pendidikan manapun) itu kan untuk membuka jendela dunia kan? Supaya jadi pinter dan tau segala hal. Berarti, siapapun itu maka dia siap belajar menerima kenyataan bahwa ada hal-hal di luar lingkungannya selama ini, sebagai suatu situasi maupun kondisi yang berbeda sama sekali. Baik itu dalam urusan nilai-nilai sosial maupun tata krama dan adat istiadat.

Tapi, dengan kejadian demo di Q!FF, gue jadi mempertanyakan keberadaan mahasiswa-mahasiswi yang ikutan demo di situ.
1. Apakah mereka memahami dengan bener apa yang ada di Festival tersebut?

2. Apakah rekan sejawat mereka gak ada yang LGBT juga?

3. Apakah mereka mempunyai kapasitas untuk menilai bahwa keberadaan festival ini akan membuat penontonnya (baca : peserta) bakal berubah convert menjadi kaum LGBT?

4. Emangnya mereka hari ini gak ada kuliah?

5. Lebih penting demo ngurusin hidup orang lain daripada menimba ilmu di kampus?

6. Last but not least, do they have the capacity to judge other people as if they're cleanse from all sins?



Pijet Pijat

Gue suka pijet! Abis stressful day in the office, trus pijet, hmmm pulang ke rumah rasanya enteng.

Kadang gue suka nanya ama diri gue sendiri mengenai pekerjaan mereka sebagai pemijat.

  • Whether are they ashamed of what they do for living?
  • Whether is it their choice for a profession?
  • Can they proudly say out-loud to other people that they are working as masseurs?

For me, terlepas dari mereka adalah pemijat beneran atau pemijat plus-plus, it is still a profession. Regardless apapun juga.

Buat gue, tanpa mereka, gak akan ada yang mau mijit kita untuk ngilangin rasa capek kerja seminggu, atau pegel-pegel karena keseleo atau kecekluk….

Suka gak suka, sadar gak sadar, mereka ini sedikit banyak berjasa lho buat kita. Walaupun mungkin banyak dari kita yang seringkali memandang sebelah mata untuk profesi ini. Kebanyakan dari kita cenderung ngeliat profesi sebagai pemijat itu adalah hal yang negatif.

Considering dari apa yang banyak terjadi, yah gue rasa cukup wajar jika kemudian profesi ini dipandang negatif. Tapi, jangan lupa kadang kita sendiri juga sebagai konsumen yang akhirnya membuat pandangan negatif itu menjadi ada. Contohnya yah ada beberapa bapak-bapak misalnya yang emang suka minta dikasih service extra. Atau ibu-ibu yang keganjenan yang doyan dipijet ama laki-laki muda ganteng dan brotot. Therefore, like any other thing in life, we ourselves takes our part in creating some point of view towards something.

In this case, can we blame them who choose to be a masseur in the first place?

Should we start to give more credit towards this profession? I meant in professional term. :-)

Banning RIM!

Kebutuhan manusia untuk bersosialisasi tiap tahunnya kayaknya makin meningkat seiring pertumbuhan teknologi.

Bagus? Tergantung.

Gw dah pernah ngebahas ini sih. Betapa kangennya gw sama masa2 dimana belum ada BlackBerry.
Semenjak ada BlackBerry...email kudu musti harus segera difollow-up. Klo ndak.....kerjaan numpuk. Considering sekarang kirim email dah kayak ngirim SMS. Thanks to Research In Motion Ltd.

Sebelum ada BlackBerry....kita bisa came up with excuse "gw ga ada koneksi internet. Jadi ga mungkin ngecek email sekarang"

Sebelum ada BlackBerry....saat kita sakit di rumah, istirahat total dimungkinkan.

Setelah ada BlackBerry....saat kita sakit di rumah, ada email gengges masuk inbox....pilihannya ada to reply or not to reply. Tp klo ndak direply koq numpukin kerjaan! Klo direply koq ya effort banget ya..Wong lagi sakit. *sigh*

So...is it BlackBerry improve our life?
The answer would be two-sided sword. In a way....BB membantu, mengimprove cara kita berkomunikasi. In other way...it takes out some part of our personal life.

Memang kita punya choice untuk tidak me-reply suatu email. Tapi apakah kita mau mengambil opsi tersebut setelah memikirkan segala konsekuensi yang akan terjadi dengan pilihan kita untuk tidak me-reply?

*sigh*

Gw ngerasa kadang kemajuan teknologi ternyata emang ndak bisa lepas dari pengaruh kapitalisme. Pengaruh ini ngebuat kita menjadi lebih konsumtif dalam konteks komunikasi. Then again, sekali lagi, itu ga salah juga. Considering komunikasi adalah kebutuhan basic manusia kan....

So...who's to blame aside from ourselves?


Sent from DendolBerry®

Get me a bathrooommm....So I can stop blaberring....

Dengan berkembangnya situs jejaring sosial belakangan ini....privasi kehidupan seseorang bisa dibilang secara tidak langsung ter-invasi.

Semua buah pikiran yang ada di benak kita, dengan mudahnya tersalurkan hanya sejauh ketikan dan sebuah klik di mouse komputer.

Tapi sebenernya sejauh mana sih etika nge-tweet maupun meng-update status di facebook?

Gue paham bahwa etika tertulis itu ndak mungkin ada.

Tapi, above all... internet adalah ranah publik yang sebenernya hampir tidak bisa untuk melarang orang untuk mengutarakan isi hatinya.
Dengan catatan tentunya tidak menuliskan nama. Perkara bahwa orang yang kita sindir atau kita gosipin merasa tersindir, dari pendapat egois gue....that's their problem. Therefore buat gue, they apparently memang merasa tersindir, then they do realize something wrong with them....
Tapi, buat gue mereka lebih tidak etis lagi jika membahas hal tersebut di luar ranah internet.

No matter what other people might say about you....when it comes to the net....it is something that you can not control. Maybe it is wise to take it as your feedbacks. To reinvent yourself. To be a better person.
Therefore if you wanna gain respect, you gain it by conscious and real.

What am I talking about?

I need a bathroom......ouch.....

After All This Time....

Setelah sekian lama, ternyata rasa itu masih ada.

Sebenci apapun untuk gue mengakui perasaan itu, gue gak bisa memungkiri kalo rasa itu memang masih ada.
Gak ngerti kenapa. Gak tau kenapa.
Bodoh? Yup...emang bodoh. Wong udah jelas-jelas dia gak punya feeling ama gue, tapi somehow, someway gue masih terus berharap....bahkan sampai sekarang.

Dia berhasil menyentuh satu bagian di dalam hati gue. Satu bagian yang gue sendiri juga gak tau di sebelah mana.

Tulisan ini sebenernya gak penting dan cenderung menjadi pengulangan. Cuman, kadang inilah yang gue butuhin. Gue butuh untuk nyari pelampiasan atas perasaan yang gak tertuang ini. Gue gak mungkin cerita hal ini ke temen-temen gue. Karena temen-temen gue pasti udah eneg banget dengan segala cerita gue yang kangen ama dia, betapa berharapnya gue kalo dia adalah the right one. Gak sampe hati gue untuk membebani temen-temen gue dengan cerita ini. Karena ini adalah kebodohan gue sendiri.


......then I'm gonna shut up now.

One Boring Post! Save Your Time By Not Reading It! Seriously!!!

Frankly speaking, I forgot already how to approach someone that I like nor to response someone who like me.

*sigh*

For me there are basic rules for this so-called 'PDKT' : if the one you like, responds half-heartedly then you should consider to leave him or her.
I mean, what for? Waste your time and energy to chase someone who doesn't want to be with you in the first place.

2nd rule : if someone liked you and you are not sure whether you want to be with him/her, then give them the signal. The signal that you wish or prefer with someone else.
What kind of signal? Hmm... you should figure that by yourself. Everybody have a different and millions way to give these kind of signals.

Although sometime, these rules doesn't apply in real life. Don't you think? When someone's in love, do you think that these rules will be obliged? Love makes us blind, that's true. You just simply won't care with anything nor what other people might say. All you know that you love that person and you want to be with him/her.

There are moments, when you are mooning over someone, with that stupid big grin upon your face when you remember his/her face, smile and their laugh. *sigh* I hate to admit it, but I do miss that moments. 

Like I said in the beginning of this post. I do forget how to approach someone. It's been quite sometime since the last time I got close with somebody. Even if I'm close with somebody, I did not know what to do, what to say, ...nor what to expect. I guess at one point, I decided to go with the flow. Letting nature takes its course on me. Sounds like a quitter, am I? Perhaps. Then again, I don't see wrong in that.

Before I go further, I should make a clarification upon this post. Many of you who reads my blog might think that this post is a reflection on something that happen in my life. But, not today. This is purely a thinking that I had this morning.

Back on the track...

I do admit that I had a lousy relationship. Perhaps that triggers me. Something has changed within me.  Something is not the same anymore.  I'm through with playing by the rules of someone else's game. 

So, when someone is approaching me, I tend to be ignorant. No matter how beautiful, perfect or compatible they are with me. I prefer to let them prove to me that they are the one for me. I want them to show me that they are worthy and that they can go the distance with me. Even if that would make them perceive me as spoiled guy then I am fine with that. They can have their own judgment on me. But, I'd prefer if they know the story behind that. 

Once I did try to get close with someone. Someone that I know, if things works out between the two of us, still it's gonna be a complicated relationship. But, then I'm backing-off. When I feel that I did all the effort to get to know each other. Well...apparently I did see the sign. *sigh*

It's not easy. Especially since I started to develop feelings. But, I'd rather to back-off in the early stage before it gets too far.

We tend to be a stupid person when we're in love. It's basic knowledge. There's nothing wrong about that. But, it's a problem when things gets too far but there's no vice versa effort from this someone you like.
We should value ourselves more. No matter what. Don't fool yourself by chasing the dream you wanna build with someone who doesn't want to be with you. If it's love, then it's comes with much too higher cost. Don't let them bring you down.
You're worth of something. And someone is worth to be with you. 

Then again maybe it's time to trust your instinct. Time to trust my instinct.

True Blue

Hari ini ngedengerin lagi lagu nya Mbak Uthe - Mengertilah Kasih. Untuk yang, entah keberapa kali nya.

Dulu sebenernya gue udah pernah nulis tentang lagu ini. Tapi, ndak tau kenapa deh, koq gue pengen nulis lagi ya.
Kalo kayak kata anak-anak ABG sekarang : "Lagu ini guweh banget gethu lho!!!!"

Gue rasa gak banyak yang tau kalo lagu ini liriknya dibikin oleh Alm.Indra Safera.
I must admit, he wrote good one. Di-compose oleh Andi Rianto, which makes it more awesome (for me, at least).
Gak banyak yang tau atau suka lagu ini. Mungkin karena terlalu menye-menye kali ya.
Well...no wonder. Baca aja liriknya. Nah kalo mau dengerin coba ndenger di YouTube

Cintamu kudamba
Walaupun tak pasti
Kuhadirkan sayang di s'tiap langkahmu
Sampai kapan kasih kan kutunggu
Kasih sempurnakah cinta kita?

Ketulusan cintaku
Bagai angin lalu
Keraguan itu masih s'lalu ada
Sampai kapan kasih
Bahagia 'kan tercipta?

Mengertilah kasih, pintaku kini
Satu yang tersisa lagi
'Tuk lengkapi hidupku, oh kasih
Waktu tak menunggu
Hari s'makin senja
Pastikan kasih, coba 'tuk mengerti

Andai saja dosa itu
Tak pernah kusentuh dulu
Kembali percayamu... sayang 

Sempet BBM-an ama temen gue, trus ngomongin lagu ini. Dia nanya ..."Dosanya apa nih?". Hahahaha....bodoh ya.

*sigh* lagu ini selalu berhasil ngebuat gue menghela napas. Ndak ngerti kenapa.
Secara garis besar, mungkin lagu ini emang reflecting my own life. Keinginan untuk memiliki seseorang yang gak mungkin gue miliki. Semua effort rasanya udah dijalanin. Tapi, tetep gak menggerakkan hatinya untuk gue. *sigh*

Sementara gue paham bener kalo waktu itu gak bisa berhenti. Waktu berjalan terus. Sehingga pada akhirnya mungkin gue gak akan memiliki dia sama sekali.

Cuman bedanya dalam kasus ini....gue hampir gak berdosa dalam suatu hubungan. Itu kalo 'Dosa' yang dimaksud adalah selingkuh dan sebangsanya ya......

*sigh* ah udah ah....ndak mau nulis lagi. Lagi pengen meng-haru biru.

Ide Yang Buruk

Menyayangi seseorang kedengarannya bukan ide yang buruk. Apalagi mencintai seseorang. Iya ndak?

Tapi, diantara semua bentuk cinta-cintaan...buat saya ada satu bentuk yang paling buruk. Mencintai seseorang sebelah tangan.

Yup...setidaknya hal itu berlaku untuk saya. ;)

Ada sebuah kutukan kurasa di keluarga saya. Kutukan itu membuat kita semua; jika sudah kadung cinta ama seseorang, biarpun sebrengsek apapun orang itu; biarpun bertepuk sebelah tangan ...kita tetap akan mencintai orang itu walaupun rasanya sakit.

Kontradiktif memang! Pertanyaan saya adalah : apakah yang namanya cinta harus disertai dengan rasa sakit? Bukannya cinta itu adalah energi positif yang seharusnya bisa menghilangkan rasa benci ataupun sakit?

Well..reality does bite. Life is all about balance. Love and hate. Pain and joy. Semua saling terkait satu sama lain. Ibaratnya rantai DNA. Itulah yang menjadikannya hidup. Itu semua datang dalam satu paket.

Saya mencintai orang yang sama selama hampir 4 tahun. Dan sejujurnya saya tidak pernah benar-benar ngelupain dia. Seperti yang sudah bisa ditebak jalan ceritanya ...dia tidak punya perasaan yang sama seperti yang saya miliki. Jadi...bertepuk sebelah tangan lah akhirnya.

Setelahnya saya akhirnya memulai beberapa hubungan yang rata-rata hanya berlangsung selama 1 tahun. Rata-rata karena apa yang saya inginkan dan yang mereka mau, tidak berada dalam platform yang sama. So, we've ended.

Menyesal? Sama sekali tidak.
Karena setiap kejadian justru membuat saya semakin tau dan belajar tindakan preventif untuk mencegah hal yg tidak diinginkan terjadi untuk kesekian kalinya.

Walaupun ada harga yang harus dibayar untuk itu : perasaan cinta yang tulus tanpa ada pretensi ataupun kecurigaan, cenderung hilang.

Mungkin saat-saat ini ada seseorang yang secara tulus mencintai saya tapi ....saya mungkin menjadi sosok yang cenderung cuek dan justru tidak menghargai segala effortnya.

Jadi saat ini saya pikir : mencintai seseorang (saat ini) ternyata adalah ide yang buruk. Setidaknya selama saya masi dalam kondisi siaga 1.... :)


Sekarang, aku sendiri. Single. Singleton. Alone.
Sedih? Hmm...not really.
Sent from NdolBerry®

Aksi Kompensasi Six Pack Abs

Untuk beberapa orang mungkin tulisan ini berkesan kalo gue itu sebenernya iri ama mas-mas berperut six pack. Tapi, gue juga boleh klarifikasi ya. Jadi begini ...gue mah gak iri ama mas-mas yang berperut six pack. Justru sebaliknya gue malah kagum. Karena mereka bisa mendapatkan perut kayak gitu, pastinya dengan usaha yang keras dan disiplin yang tinggi. 

Nah, pagi ini secara tumben-tumbenan...gue fitness di pagi hari. Jam 7, brur!

Di situ ada satu orang yang menurut gue ganggu banget secara penampilan. Badannya sih "jadi" banget. Six pack? So pasti! Dadanya itu lho agak ganggu. Karena gede buanget. Kayak as if dia punya t*k*t silikon berukuran 36C. Hihihihi.....

Yah anyway....adalah 2 orang yang badannya kayak begitu pagi ini. Ya bukan 1 orang, tapi DUA!

And then gue berpikir...badannya emang "jadi" banget. Tapi, koq kakinya cilik yo? Kayak kaki ayam! Kaki sekecil itu menyangga badan segede itu? Hmm...gue kasian ama si kaki.

And then gue berpikir lagi....badannya emang jadi banget. Tapi, koq mukanya hmmm...agak kurang ya?
Apakah ini aksi kompensasi saudara-saudara? Bisa jadi.

And lalu gue berpikir lagi....mau gak sih gue punya badan kayak gitu?

Jawaban dari pertanyaan itu adalah TIDAK!

Gue menyukai bentuk badan gue sekarang ini. Walaupun jika memungkinkan gue pengen ngebuat jadi lebih "jadi" lagi. Ndak perlu literally harus kering bak model-model majalah fitness terkemuka gitu sih. Cuman setidaknya sedap diliat kalo gue di pantai deh. Hehehehe....
writer at tidung island, thousand islands.

Ada alasan kenapa gue gak mau punya badan yang bener-bener "jadi" sampe keliatan guratan ototnya.
1. Bikin muka gue jadi tirus. I prefer me face to be a bit chubby.
2. Dengan jujur, gue mengakui kalo gue tidak memiliki will-power sebesar pria-pria lain yang rela mengganti garamnya dengan garam diet, makan makanan yang ndak berminyak dan full protein diet.
3. Gue percaya faktor genetik berperan sedikit banyak dalam mendapatkan six pack abs. Jadi anggep aja gentik gue gak sebagus orang-orang itu.
4. Gue agak gak rela keluar duit untuk membeli suplemen-suplemen yang harganya selangit. Mending buat beli makan enak. Hihihihihi......

Mereka yang berbadan six pack abs, gue yakin mempunyai motivasi mereka sendiri sampe mereka punya will-power dan melakukan effort yang sedemikian rupa sampe ndapet tuh six pack abs. Menjalankan gaya hidup sehat mungkin bisa jadi salah satu nya. Membuat penampilan jadi lebih menarik bagi kaum hawa (mungkin juga kaum adam....hihihihihihi). Dan masih banyak alasan lain lah.

Buat gue, gaya hidup sehat gak bisa semata-mata diukur dari bagusnya bentuk badan semata lho. Itu harus diliat secara holistik (nah bahasanya mulai aneh nih gue!).

Point yang mau gue omongin adalah kita harus belajar mencintai diri kita sendiri. Dengan begitu, mau gak mau kita akan belajar untuk menjaga diri kita sendiri dengan lebih baik. Dan yang paling penting kita akhirnya juga bisa belajar bagaimana menghargai hidup.

Jadi hidup sehat atau enggak, itu pilihan koq.

Tapi, tetep...gak sehat uga deh kayaknya kalo badannya "jadi" tapi cuman di bagian atasnya doang dan bagian bawahnya kayak kaki ayam. Ndak sexy ah. :-D

Imaginary Love Letter

aku masih inget saat pertama kali bertemu sama kamu di bandara soekarno hatta. di terminal kedatangan. aku lagi njemput teman. sepertinya kamu juga begitu. kita berdiri sebelahan, melihat jadwal kedatangan yang ada di layar monitor. lalu untuk sesaat mata kita bertemu.that's it. kita pergi berlawanan arah menuju urusan kita masing-masing.

aku gak terlalu percaya sama yang namanya takdir. eh tapi hari itu, persis seminggu setelah kita ketemu di bandara, rasanya berbeda. aku memutuskan untuk berangkat ke kantor dengan mobil. padahal biasanya aku berangkat naik motor, karena gak tahan sama macet.
tapi ... ya itu hari itu aku naik mobil. lagi ngadepin macet di mampang, aku lagi buka jendela dan merokok ... tanpa sadar aku nengok ke kanan and there you are. sta
ring at me. aku s
enyum. kamu juga senyum. senyum 2 orang jakarta yang lagi kejebak macet di mampang.
absurd? pastinya lah ya. pagi-pagi koq senyum sama orang asing. kenal juga enggak, boro-boro tau nama kamu. tapi, senyum kamu itu lho. senyum kamu ngomong kalo kamu inget sama aku.

detik itu cepet lewatnya. kita udah kembali jadi manusia jakarta yang judes dan sinis ngadepin macetnya jakarta.

aku tiba di kantor. njalanin hari kayak biasa. ngecek email. mbales email. nulis laporan yang gak jelas apa ya
ng mau dilaporin. kerjaan jadinya cukup menyita waktu, jadi pikiranku otomatis teralihkan dari serendipitous moment pagi tadi.

pas jam setengah dua siang, aku turun ke bawah. saatnya makan. udah laper banget. untungnya udah lewat jam satu, jadinya sepi food court kantor. aku duduk setelah membeli makanan. saat aku mulai ma
kan, kamu berdiri di depanku dan meminta ijin untuk duduk bersamaku. aku menjadi bodoh dan tolol. aku hanya senyum dan mengiyakan ajakanmu. kamu duduk di depanku dan m
ulai makan. aku inget banget. saat itu adalah makan siang terlama dalam hidupku. kita berdua cuman makan, liat-liatan, makan, liat-liat
an, diselingin mi
num. sampe akhirnya makan siang habis, aku pun permisi mau balik lagi ke kantor. saat aku berbalik, kamu meraih tanganku dan nanya jam berapa aku pulang. seperti yang aku bilang tadi, hari itu aku merasa berbeda. biasanya saat aku ditanya seperti itu oleh orang yang ndak aku kenal, aku akan balik nanya dengan judes, "kenapa emangnya?". tapi, hari itu, aku dengan santai menjawab, "jam 6. sekitar jam 6.".

kamu hanya menjawab, "okay."

lucunya, saat jam 6 sore, aku lagi-lagi melakukan hal di luar kebiasaan. instead of langsung turun ke basement parking, aku turun di lobby. sekalian mau ke atm sih memang. tapi, there you are! berdiri depan lobby deket atm yang mau aku rampok. :-)

kamu ngenalin diri kamu dengan dalih setelah beberapa kali ketemu dengan aku, kita gak pernah tau nama kita masing-masing. akhirnya untuk pertama kalinya, sore itu, aku tau nama kamu.

dan semenjak saat itu, aku sadar kalo hidupku baru aja dimulai.

ini bukan surat cinta. mendekati pun tidak. surat ini adalah satu dari banyaknya fragmen kehidupan yang bakal dimulai bersama kamu.

saat aku tau nama kamu, saat itu juga aku tau kalo kamu tuh potongan puzzle yang hilang, yang selama ini aku cari-cari. bullshit? mungkin juga. tapi then again, hidup itu emang penuh misteri kan?

Signorita Senioritas

GENGGES! Gue gengges ama yang namanya kesenioritasan dari dulu jaman gue masih kuliah. Tapi, lebih fokus ke senior-senior yang emang dasarnya senga ya.

Kenapa gue sebel?
Terlepas dari dia seorang senior, dimanapun dia berada... buat gue menjadi sombong bukan lah sebuah sikap yang terpuji. Menjadi seorang senior bukan berarti dia lebih baik dari yang lain terutama dari junior nya.

Makanya begitu gue nemuin hal seperti itu di dunia kerja... gue gak bisa untuk gak mencibir jadinya.

Seorang sekretaris yang notabene udah lama kerja di suatu kantor ... kemudian disuruh bikin surat atas nama gue atas perintah bapak big boss ... lalu bilang ke gue bahwa surat itu sebaiknya gue yang bikin ... PENGEN GUE CAKAR!

Kalo dia gak ngerti surat apa yang harus dibikin ... then tanya bapak big boss nya ndak sih? atau okay lah tanya ke gue. Tapi ... lagi-lagi yang harus diinget adalah bapak big boss ngomong depan muka gue dan sekretaris itu kalo sekretaris itu yang harusnya buat.

Jadi jangan karena dia udah senior lalu bisa seenaknya. Cuman then again hidup di tanah Indonesia, khususnya ibukota Jakarta, suka-gak-suka kadang sedikit-banyak kia harus belajar nerima dan at the end of the day ... coping with the situation.

Ke depannya mungkin ada baiknya siapapun kalian yang memang sudah senior di suatu tempat untuk belajar mengingat kembali saat kalian masih menjadi junior di suatu tempat. Mungkin dengan demikian kita bisa belajar untuk nginget lagi perasaan menjadi seorang junior dan mengharapkan ada seseorang yang lebih senior memperkenalkan situasi lingkungan sekitar yang pastinya sang senior lebih mengenalnya dengan baik. Tapi... tentu saja tidak dalam perilaku yang represif ya.... :-)


Kuta's (Legian's) Little Secret

Sebenernya gue agak enggan untuk berbagi rahasia ini. Hihihi....karena sebenernya sooner or later bakal banyak juga yang tau biarpun ga gue kasih tau.

Saat memutuskan untuk pergi ke Bali sendirian (IYA!!! SENDIRIAN), gue bingung mau nginep dimana.

1. Lagi on a tight budget!
2. Bosen nginep di tempat yang gitu-gitu aja.
3. Sendirian gak perlu mewah-mewah!

So...I spent my time browsing situs Bali Discovery nyari hotel di daerah Kuta / Legian / Seminyak.
Kenapa daerah situ-situ aja sih? Hmmm...
1. Karena apa-apa harus sendirian, better cari lokasi yang punya kehidupan sosial cukup rame kalo misalnya ada apa-apa jadi gampang.
2. Sendirian bukan berarti menyendiri lho ya. Mohon dibedakan.

Anyway....setelah browsing-browsing, agak kaget ketemu satu penginapan yang harganya di bawah USD 50! Dan dari fotonya terlihat sangat menarik pula. Namanya Tanaya Bed & Breakfast.

Mengingat gue bekerja di dunia periklanan yang notabene secara gak langsung menipu orang melalui visual dan kata-kata....gue awalnya agak skeptis ngeliat fotonya. Koq ya bagus tenan toh?
Makin ragu lagi pas gue tau lokasinya, di jalan Legian yang notabene rame pisan euy tiap hari dan macet.
Tapi, setelah dipikir-pikir it's a good bargain lah. So, I booked it online. It's easy, jujur aja.
Harga kamarnya yang paling mahal (Deluxe) Rp.400 ribu-an. Sebenernya sih mereka ngitungnya per person. Jadi per person jatuhnya sekitar Rp.200 ribu-an. Cuman berhubung pergi sendirian dan tetep harus membayar jatah 2 orang...yah therefore jadilah harganya Rp.400 ribu-an. Tapi, still buat gue it's a bargain price banget. Setelah membayar DP secara online sebesar 10% dari total biaya kamar selama menginap, mereka akan mengirimkan email konfirmasi pembayaran dan berapa sisa yang harus dibayar. It's as easy as 1,2,3.

Sesampainya di Bali, seperti biasa gue selalu menyewa mobil dan nyetir sendirian.
Gak nyasar?
Gak lah.....gue cukup okay untuk baca peta dan bangga dengan kemampuan photographic memory otak gue. Jadinya lancar jaya deh pokoknya. Hihihihii.....
Anyway....karena penginapan ini letaknya di jalan Legian, shouldn't be so difficult. Dan ternyata...emang gampang banget. Apalagi mereka punya neon sign yang segeda gaban (kenapa harus gaban sih? Kenapa gak syariban? Hihihihii...).

Mengingat jalan Legian yang penuh senantiasa, pihak penginapan sebelumnya gue telpon untuk nanya kalo nanti parkir, parkirnya dimana. Mereka bilang parkir aja di Villa De Daun (btw...judul blog ini sebenernya taglinenya si Villa De Daun itu.). Karena rupanya Tanaya dan Villa De Daun masih merupakan satu group alias pemiliknya sama. Bedanya, kalo Villa De Daun itu untuk harganya yang premium, nah si Tanaya ini versi budget wise-nya.

Anyway, masuk Villa De Daun harus melewati gang kecil yang hanya muat 1 mobil. Tapi, gak jadi masalah, karena emang itu jalan private nya si Villa De Daun aja. Jarak dari parkiran Villa De Daun sampe ke pintu masuk Tanaya di pinggir jalan, cuman 15 meter. Tapi...buat makhluk-makhluk yang rempong nan gengges, yang emang males jalan, yang kelakuannya bak putri raja...yah bakal berasa jauh apalagi.....gak ada kanopi dan ruangan tertutup ber-AC. Kalo buat gue....gak masyalah. :)

Proses check-in berlangsung mulus. Standar lah...pengisian data diri dan sebagainya. Oh iya...penginapan ini menerapkan bayar di muka. Jadi kita harus ngebayar langsung sisanya pada saat kita check-in.

Kamarnya...........gak beda jauh dengan di foto. AS IT IS! Hebat....
Sedikit kecil memang...tapi sangat mumpuni buat liburan.

Gak ada kulkas. Tapi ada safe deposit box. Buat gue agak aneh sih....mending disediain kulkas daripada safety box kan? Secara safe deposit box bisa diprovide di resepsionis ajah.

Selama gue nginep....gak ada masalah yang berarti. Semua staff nya ramah. Semua peralatan di kamar berfungsi. Jadi gue kasih two thumbs up deh buat Tanaya.

What else.....for breakfast (it's included in the room price), kita akan dapet Continental Breakfast yang artinya gak ada makanan prasmanan mewah ala hotel bintang lima. Yang kita dapet adalah 3 jenis roti (croissant, danish roll dan muffin), choice between tea OR coffee, simple fruit platter and choices of juice (guava or orange). As simple as that. Jadi buat yang makannya rakus...yah kayaknya harus sarapan lagi. Hihihihi....Breakfast disajikan di teras lantai 2 gedung ini. Nah, Tanaya juga nyediain free wi-fi di areal breakfast dan lobby selama 24 jam penuh.


Tanaya juga hanya mempersiapkan perlengkapan standar mandi. Shampoo, Body Wash dan 2 handuk. Jadi sikat gigi plus odol kudu disiapkeun. Untuk perempuan...gak ada hair dryer, jadi ngerti kan? :-)

Lupa bawa? Gampang...depan hotel ada Circle K koq. :-)

So....that's about it for now. It's fun.

Tukang Ngayal Atau Realis? : Relationship Redefined!!!!


Gak pernah bosen gue kalo disuruh nulis postingan soal relationship. Bukannya gue expert dalam soal relationship sih ya. Cuman mungkin ini bentuk dari keinginan gue untuk memiliki sebuah hubungan yang seimbang, ideal dan indah. Cieeehhhh.......bahasanya gokeellll....

Sebenernya apa sih yang bisa dibilang hubungan yang ideal?
Compromise? Equality? Understanding? Tolerance? Chemistry? ....kalo diterusin kayaknya gak abis deh. terlalu banyak kata yang bisa sepadan dengan hubungan yang ideal.

Kagak ada relationship yang gak rumit,...better to say complex. Semua relationship gue rasa selalu complex. Tapi, harus ditekankan di sini kalo complex gak selalu harus berarti negatif ya. :-)

Tapi, justru itu tantangannya; bagaimana menciptakan hubungan yang bisa seia sekata. Senantiasa berjalan bersama dalam satu kata 'kita' dan bukan 'aku dan kamu'.

Kalo gw ditanya,
"Hubungan yang ideal itu menurut lu kayak gimana?"
  1. Saling mengupdate lokasi masing-masing tanpa diminta.
  2. Senantiasa memberi kabar dalam 1 hari entah itu sms/telpon/bbm/ym/msn/gtalk/email
  3. Kalo bosen dengan rutinitas kencan yang ada, mencari alternatif kencan lain bersama pasangannya. Intinya memupuk hubungan itu supaya tetep dan makin mesra.
  4. Menghabiskan waktu lebih banyak dengan pasangannya compare dengan temen-temennya. Setidaknya kadar prioritasnya diperjelas dan dipertegas lah ya.
  5. Menyadari bahwa jika sudah berkomitmen, keputusan apapun yang ingin dibuat akan mempengaruhi pasangannya secara langsung maupun tidak langsung. Jadi alangkah baiknya segala sesuatunya diobrolin dulu.
  6. Stop kenal-kenalan ama orang baru deh! itu langkah awal selingkuh tuh. Kalo tujuannya bangun networking, pilih lokasi yang tepat lah! Atau maintain dari networking teman-teman yang emang udah ada dan udah dikenal baik.
  7. Share stories everyday. Good ones or bad ones. At least this is one way to communicate among other way.
  8. Pulang kantor dijemput trus pulang ke rumah bareng.
  9. Ngobrol di mobil, biar yang satu lagi bete dan yang satu lagi nyetir tapi tetep menikmati kebersamaan itu.
  10. Dengan bangga ngenalin sang pasangan ke temen-temennya saat lagi ada acara tertentu. Jadi pasangan gak cuman sekedar jadi attachment. Hihihihiihi....
  11. Biarpun berantem, tapi gak perlu menghindar-menghindar apalagi menghilang sampe gak ada kabar. Gak banget itu.
  12. Mengerti akan arti sebuah kebersamaan dan berbagi.
  13. Membicarakan segala sesuatu yang ngganjel di hati & jangan menghindar jika pasangan lu mau ngajak bicara serius. Pasangan lu bukan mind-reader kan?
Gue berhenti di no.13 ya. Sesekali gue pengen mendobrak kebiasaan aja sebenernya. Dulu gue akan berusaha supaya list ini genap di no.15. Tapi, kadangkala keluar dari kebiasaan itu ada gunanya lho. :-) And 13 bukan angka sial lhooooo.....mana-mana yang ada juga "celaka dua-belas". HUAHAHAHHAHA

Back to the main topics.....yah gitu deh jawaban gue kalo misalnya ditanya.
Idealis? Mungkin.
Realistis? Gue rasa cukup riil.
Bullshit? Selama ada 2 pihak berkeinginan dan berkomitmen yang sama....I don't see any issues.
Dreamer? Hey, am a full time dreamer. At least I have the balls to dream.

You see, many people say that sometime you just need to compromise with your partner. It is true!
But, how long does this compromise act of yours will have to last if the other side does not do the same towards your feelings, thoughts and attitudes? If you say that it should last for as long as it possible......then I don't know what to answer next. :-)

All I know, that I know what I want. But, the question of whether or not I'll find someone that suits my needs and I suits the person's needs has not been answer (so far still in doubt).