Tidak ada pikiran yang terbuang percuma. Semua pikiran berguna bagi kehidupan. Sekecil apapun bentuk kontribusinya, membawa arti tersendiri dalam hidup. Apalagi sebuah senyuman.
Katanya Bulan Ramadan...
Bulan Ramadan adalah bulan penuh berkah.
Bulan Ramadan adalah bulan penuh pengampunan.
Bulan Ramadan adalah bulan yang paling disucikan di antara bulan-bulan yang lainnya.
Indonesia katanya negara hukum.
Indonesia katanya Bhinekka Tunggal Ika yang katanya biar berbeda tapi tetap satu jua.
Indonesia katanya bangsa yang ramah, berbudaya dan (konon) berpendidikan.
Tapi, kenapa masih ada aja yang namanya ketidakadilan?
Baru-baru ini gue ngeliat berita di beberapa stasiun TV kita. Di berita itu ditunjukkin ada beberapa pedagang yang ditegur, ada beberapa yang dagangannya diangkut oleh petugas tramtib ato sejenisnya. Yang bikin gue bingung adalah salah ya jualan di bulan Ramadan?
Menurut berita itu sih, memang ada perda (peraturan daerah) yang memang melarang untuk berjualan makanan di bulan Ramadan. Tapi, kemudian gue gak abis pikir. Kan di suatu daerah gak mungkin didominasi oleh satu umat beragama tertentu. Pasti ada umat beragama lain yang tidak berkewajiban menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadan. Masa iya mereka juga kudu ikutan puasa?
Yang lebih gak abis pikir lagi, kenapa cuman pedagang kelas home industry aja yang ditegur ato diberesin barang dagangannya? Padahal mungkin aja kan di kota tersebut ada KFC, Pizza Hut dan resto-resto gede lainnya.
‘Gak ke-ekspose kali, Den!’
‘Karena resto-resto gede itu pake tirai penutup di jendelanya. Jadi gak keliatan frontal, Den!’
Gila!!! Kalo palang restonya keliatan juga…tetep aja kebayang nikmatnya makan ayam Original Recipe’s-nya Colonel Sanders ato lezatnya meat-lovers pizza with extra cheese topping on top-nya Pizza Hut.
Kasian kan pedagang-pedagang itu. Mereka kan juga pengen pas lebaran nanti pulang kampung, ketemu sanak-saudara, nraktir mak-babenya di kampung ato beliin anak-anaknya baju baru. Di situ adalah sumber penghasilan mereka.
Gue lebih gak suka lagi waktu ngeliat kemudian ada beberapa petugas yang dengan seenaknya ngebuang makanan-makanan yang dijual itu ke dalam kantong plastik sampah berwarna hitam.
GILA!!!!!
Mereka sadar gak sih kalo ada orang-orang yang craving untuk makan makanan seperti itu. Mungkin orang-orang itu adalah orang yang belum tentu bisa makan setiap harinya. Dan petugas-petugas gak manusiawi ini dengan seenaknya membuang gitu aja?
Gue paham kalo mungkin perilaku menjual makanan di tengah hari bolong bisa menggoda iman orang yang berpuasa. Tapi, bukankah itu ujian buat mereka? Ujian untuk menahan nafsu. Ujian untuk bisa lebih sabar. Ujian yang mengingatkan bahwa ada orang di luar sana yang jauh lebih tidak beruntung dibanding kita.
Gue mungkin bukan orang yang dermawan. Gue bukan orang yang murah hati. Gue juga bukan orang yang taat beragama. Tapi, gue menghargai kehadiran tiap manusia di muka bumi ini. Gue menghargai orang yang mencari duit untuk sesuap nasi. Gue menghargai orang yang memulung sampah hanya demi supaya bisa mbeliin anaknya baju baru di hari lebaran nanti.
Gue gak suka ama perilaku vandalisme (YA MENURUT GUE, PERILAKU ITU ADALAH VANDALISME!) macam demikian.
Bahkan yang lebih bikin bete lagi adalah ada berita mengenai diangkutnya para pengemis itu ke kantor polisi. BOOOO….please deh. Mereka bukan penjahat. Mereka mungkin oportunis yang memanfaatkan momen Ramadan untuk mencari duit lebih. Tapi, apakah bisa disalahin? Mereka gak bisa kerja. Bukannya mereka gak mau (walaupun pasti ada aja yang emang males!), tapi mereka gak bisa nemuin kesempatan kerja. Jangan sampe gue denger berita kalo kaum gepeng-gepeng itu diangkut ke kantor polisi dan untuk bisa keluar harus menyetor sejumlah uang ya…..GUE KUTUK ORANG YANG NGELAKUIN ITU!!!!
Lagipula gue gak pernah abis pikir, seharusnya kehidupan gepeng-gepeng ini kan dijamin oleh negara. Negara berkewajiban untuk merawat dan menjamin kehidupan warganya terutama warga miskin yang tidak mampu. Nah ini kenapa negara justru memperlakukan warganya yang gak mampu jadi kayak penjahat? Negara juga harus mengakui bahwa mereka turut andil bagian dalam menciptakan masyarakat yang tidak mampu itu. Ketidakmerataan pembangunan dan sebagainya, itulah yang ngebuat mereka mengemis. Tapi, sudah seharusnya kita sebagai rakyat kecil justru ngebantu mereka sebisa mungkin.
Tunjukkin dunk kalo emang kita bangsa yang berbudaya, bangsa yang menghargai perbedaan. Tunjukkin semangat Bhinekka Tunggal Ika yang keren itu.
Kalo ngeliat berita itu…gue gak percaya kalo gue adalah bagian dari bangsa yang munafik, tidak berpendidikan dan tidak berperikemanusiaan kayak gitu. Gue cinta Indonesia. Gue cinta Indonesia lebih dari apapun. Karena gue anak Indonesia. Gue bangga ama Indonesia. Gue bangga jadi anak Indonesia (walaupun tentara-tentaranya tetep kerenan luar negri punya!).
Tapi gue malu ama bangsa gue sendiri. Bangsa yang egois. Bangsa yang gak mau berpikir bersama demi kepentingan bersama pula. Bangsa yang gak pernah bisa menempatkan dirinya di posisi orang lain. Bangsa yang … …munafik.
Maafkan suara hati gue yang keras dan kenceng. Gue cuman manusia kecil yang gak akan terdengar suaranya sama orang-orang yang lebih berkuasa di atas!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment